MATERI PAK KLS X SEMSETER 2

PELAJARAN 4
TRADISI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran, saya dapat:
1.   Memberi contoh bermacam-macam upacara atau kepercayaan yang didasarkan pada tradisi setempat;
2.   Menjelaskan arti tradisi dalam Gereja Katolik;
3.   Menjelaskan arti Injil Yoh 21: 24-25 dalam kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik;
4.   Menjelaskan persamaan dan perbedaan “Syahadat Singkat” dan “Syahadat Panjang”;
5.   Menyebutkan macam-macam tradisi yang ada dalam Gereja Katolik;
6.   Menjelaskan bahwa Kitab Suci bersama tradisi dipandang sebagai norma iman yang tertinggi.

LATAR BELAKANG
Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan kebiasaan yang sudah terjadi secara turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan diteruskan secara turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang dewasa ini sudah mulai dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya.” (Dei Verbum Art. 8). Proses komunikasi atau penerusan iman dari satu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di antara orang sezaman itulah yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang ‘kolot’ atau dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang, itulah tradisi”.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul. Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana, Tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi bentuk baru, yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” (bdk. Ef 2: 20). Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu ditulis dengan ilham Roh Kudus (Dei Verbum Art. 11) dan itu berarti bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” (Dei Verbum Art. 21). Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi, “kebenaran-kebenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Beberapa pokok penting yang perlu dipahami dan disadari oleh kita adalah: arti tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam Gereja Katolik, macam-macam tradisi dan contohnya, membedakan “Syahadat Pendek” dan “Syahadat Panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah keyakinan bahwa Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi seluruh iman dan kehidupan Gereja.
A.     Arti dan Makna Tradisi dalam Suatu Suku atau Bangsa
"TRADISI MERAYAKAN TAHUN BARU"
Pada suku-suku Bajawa di Flores, tiap tahun diadakan Tahun Baru tradisional atau REBA, yang jatuh pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap tahunnya. Pada perayaan Tahun Baru itu selalu terdapat suatu upacara penghormatan kepada “UWI”, sejenis umbi, yang katanya menjadi makanan pokok leluhur suku Bajawa yang bernama Sili dan keluarganya selama pelayaran mereka (entah dari mana) menuju Tanah Terjanji, yaitu daerah Ngada sekarang ini. Pada perayaan Tahun Baru tradisional tersebut senantiasa diperingati lagi pelayaran leluhur suku-suku Bajawa menuju daerah Ngada sebagai negeri tujuan dan peranan UWI itu.
UWI menjadi lambang kehidupan dan kesuburan bagi suku-suku Bajawa. Perayaan tahun baru tersebut secara tradisional dirayakan dengan nyanyian-nyanyian dan tarian untuk mengenangkan peristiwa pelayaran leluhur Sili dan UWInya. Setiap warga Bajawa, dimana pun mereka berada, akan mengalami kerinduan untuk pulang kampung jika saat Reba sudah semakin mendekat, supaya dapat merayakan Tahun Baru tradisional yang mereka namakan Reba itu.
Mendalami isi/pesan cerita dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.   Mengapa ada kerinduan yang kuat pada suku-suku Bajawa untuk merayakan REBA?
2.   Sebutkan dan jelaskan pesta-pesta tradisional di daerah kalian sendiri!
3.   Sebutkan dan jelaskan berbagai ajaran tradisional di daerah kalian sendiri!
4.   Apakah upacara dan ajaran tradisional itu penting bagi kalian? Mengapa?
Penegasan!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tradisi diartikan sebagai segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang secara turuntemurun diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang dan diteruskan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut tentu saja mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga hilang karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak suku atau etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat tersebut pada umumnya diteruskan kepada generasi berikutnya, terutama diteruskan secara lisan. Banyak kebiasaan atau tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat kita hanya didasarkan atas cerita lisan dari nenek moyang sebelumnya. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa ada beberapa tradisi yang ditulis, walaupun lebih banyak yang disampaikan secara lisan.
B.     Tradisi dalam Gereja Katolik
1.   Arti Tradisi dalam Gereja Katolik
Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan kepada angkatan berikut dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang disebut tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang “kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul. Periode itu biasa disebut zaman “Gereja Perdana”. Tradisi zaman Gereja Perdana menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2: 20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis, yang sekarang kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi ditulis, yang lainnya terus disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci. (bdk. Dei Verbum Art 8).
2.   Contoh Tradisi Ajaran Iman Gereja Katolik
      Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan Syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea (Syahadat Panjang).
Syahadat Para Rasul/Singkat                       Syahadat Nicea/Syahadat Panjang
Aku percaya akan Allah,                                 Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,                                    Bapa yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi;                                 Pencipta langit dan bumi,
dan akan Yesus Kristus,                                  dan segala sesuatu yang kelihatan
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita,                            dan tidak kelihatan;
yang dikandung dari Roh Kudus,                    dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
dilahirkan oleh Perawan Maria;                       Putra Allah yang tunggal.
yang menderita sengsara                                  Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
dalam pemerintahan Ponsius Pilatus                            Allah dari Allah,
disalibkan, wafat, dan dimakamkan;                           terang dari terang;
yang turun ke tempat penantian                       Allah benar dari Allah benar.
pada hari ketiga bangkit                                   Ia dilahirkan, bukan dijadikan
dari antara orang mati;                                     sehakikat dengan Bapa;
yang naik ke surga,                                          segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
duduk di sebelah kanan Allah Bapa               Ia turun dari surga
yang mahakuasa                                              untuk kita manusia
dari situ Ia akan datang                                    dan untuk keselamatan kita.
mengadili orang hidup dan mati.                      Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus
Aku percaya akan Roh Kudus,                        dari Perawan Maria:
Gereja Katolik yang kudus,                             dan menjadi manusia.
persekutuan para kudus,                                  Ia pun disalibkan untuk kita.
pengampunan dosa,                                         Waktu Ponsius Pilatus
kebangkitan badan,                                          Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
kehidupan kekal.                                             Pada hari ketiga Ia bangkit
Amin.                                                              menurut Kitab Suci.
                                                                        Ia naik ke surga,
                                                                        duduk di sisi Bapa.
                                                                        Ia akan kembali dengan mulia,
                                                                        mengadili orang yang hidup
                                                                        dan yang mati;
                                                                        kerajaan-Nya takkan berakhir.
                                                                        Aku percaya akan Roh Kudus,
                                                                        Ia Tuhan yang menghidupkan;
                                                                        Ia berasal dari Bapa dan Putra;
                                                                        Yang serta Bapa dan Putra,
                                                                        disembah dan dimuliakan;
                                                                        Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
                                                                        Aku percaya akan Gereja
                                                                        yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,
                                                                        aku mengakui satu pembaptisan
                                                                        akan penghapusan dosa.
                                                                        Aku menantikan kebangkitan orang mati
                                                                        Dan hidup di akherat.
                                                                        Amin.
Jawablah pertanyaan berikut!
1.   Manakah persamaan dari kedua rumusan Syahadat di atas?
2.   Manakah perbedaan dari kedua rumusan Syahadat di atas?
3.   Mengapa kedua rumusan Syahadat tersebut berbeda?
Dengan membandingkan kedua rumusan Syahadat tersebut di atas, kelihatan bahwa kedua syahadat itu berbeda. Perbedaan tersebut terutama pada rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Yang lain juga berbeda rumusannya, tetapi isinya kurang lebih sama.
Rumusan kedua syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat pendek lebih tua daripada Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul, antara lain disebabkan oleh munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui kemanusiaan Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka, dirumuskanlah Syahadat secara lebih lengkap. Dalam syahadat panjang itu ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.
3.   Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja
Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja, baik iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang (iman subjektif), diukur kebenarannya oleh Kitab Suci bersama Tradisi.
1.   Dari manakah dasar rumusan iman yang terdapat dalam Syahadat?
2.   Dari manakah sumber kepercayaan Gereja Katolik akan satu Allah Tiga Pribadi?
3.   Dari manakah Gereja Katolik melaksanakan Devosi kepada Bunda Maria?
4.  Tradisi-Tradisi Gereja yang Perlu Diperbaharui agar lebih sesuai dengan Zaman dan Budaya Setempat
Jawablah Pertanyaan berikut!


1.   Apa arti tradisi dalam Gereja Katolik?
2.   Sebutkan macam-macam tradisi dalam Gereja Katolik dan berilah contohnya!
3.   Apa artinya ungkapan Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja?




PELAJARAN3
TRADISI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran, saya dapat:
1.   memberi contoh bermacam-macam upacara atau kepercayaan yang didasarkan pada tradisi setempat;
2.   menjelaskan arti tradisi dalam Gereja Katolik;
3.   menjelaskan arti Injil Yoh 21: 24-25 dalam kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik;
4.   menjelaskan persamaan dan perbedaan “Syahadat Singkat” dan “Syahadat Panjang”;
5.   menyebutkan macam-macam tradisi yang ada dalam Gereja Katolik;
6.   menjelaskan bahwa Kitab Suci bersama tradisi dipandang sebagai norma iman yang tertinggi.

LATAR BELAKANG

Setiap masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan upacara atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu dilaksanakan karena merupakan kebiasaan yang sudah terjadi secara turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan diteruskan secara turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang dewasa ini sudah mulai dibukukan.
“Gereja dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya.” (Dei Verbum Art. 8). Proses komunikasi atau penerusan iman dari satu angkatan kepada angkatan berikutnya dan di antara orang sezaman itulah yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang ‘kolot’ atau dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan berkembang, itulah tradisi”.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para Rasul. Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana, Tradisi sebelumnya dipenuhi dan diberi bentuk baru, yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” (bdk. Ef 2: 20). Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang disebut Perjanjian Baru merupakan pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu ditulis dengan ilham Roh Kudus (Dei Verbum Art. 11) dan itu berarti bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Gereja Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” (Dei Verbum Art. 21). Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman objektif maupun iman subjektif. Jadi, “kebenaran-kebenaran iman” yang mengacu kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Beberapa pokok penting yang perlu dipahami dan disadari oleh kita adalah: arti tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam Gereja Katolik, macam-macam tradisi dan contohnya, membedakan “Syahadat Pendek” dan “Syahadat Panjang” sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah keyakinan bahwa Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi seluruh iman dan kehidupan Gereja.
A.     Arti dan Makna Tradisi dalam Suatu Suku atau Bangsa
TRADISI MERAYAKAN TAHUN BARU
Pada suku-suku Bajawa di Flores, tiap tahun diadakan Tahun Baru tradisional atau REBA, yang jatuh pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap tahunnya. Pada perayaan Tahun Baru itu selalu terdapat suatu upacara penghormatan kepada “UWI”, sejenis umbi, yang katanya menjadi makanan pokok leluhur suku Bajawa yang bernama Sili dan keluarganya selama pelayaran mereka (entah dari mana) menuju Tanah Terjanji, yaitu daerah Ngada sekarang ini. Pada perayaan Tahun Baru tradisional tersebut senantiasa diperingati lagi pelayaran leluhur suku-suku Bajawa menuju daerah Ngada sebagai negeri tujuan dan peranan UWI itu.
UWI menjadi lambang kehidupan dan kesuburan bagi suku-suku Bajawa. Perayaan tahun baru tersebut secara tradisional dirayakan dengan nyanyian-nyanyian dan tarian untuk mengenangkan peristiwa pelayaran leluhur Sili dan UWInya. Setiap warga Bajawa, dimana pun mereka berada, akan mengalami kerinduan untuk pulang kampung jika saat Reba sudah semakin mendekat, supaya dapat merayakan Tahun Baru tradisional yang mereka namakan Reba itu.
Mendalami isi/pesan cerita dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1.   Mengapa ada kerinduan yang kuat pada suku-suku Bajawa untuk merayakan REBA?
2.   Sebutkan dan jelaskan pesta-pesta tradisional di daerah kalian sendiri!
3.   Sebutkan dan jelaskan berbagai ajaran tradisional di daerah kalian sendiri!
4.   Apakah upacara dan ajaran tradisional itu penting bagi kalian? Mengapa?
Penegasan!
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tradisi diartikan sebagai segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang secara turuntemurun diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang dan diteruskan dari generasi yang satu kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut tentu saja mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga hilang karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak suku atau etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut.
Tradisi-tradisi dalam masyarakat tersebut pada umumnya diteruskan kepada generasi berikutnya, terutama diteruskan secara lisan. Banyak kebiasaan atau tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat kita hanya didasarkan atas cerita lisan dari nenek moyang sebelumnya. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa ada beberapa tradisi yang ditulis, walaupun lebih banyak yang disampaikan secara lisan.
B.     Tradisi dalam Gereja Katolik
1.   Arti Tradisi dalam Gereja Katolik
Gereja senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan kepada angkatan berikut dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang disebut tradisi. Tradisi berarti penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang “kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga.
Dalam tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para rasul. Periode itu biasa disebut zaman “Gereja Perdana”. Tradisi zaman Gereja Perdana menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2: 20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis, yang sekarang kita kenal sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi ditulis, yang lainnya terus disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Sesudah Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang terdapat dalam Kitab Suci. (bdk. Dei Verbum Art 8).
2.   Contoh Tradisi Ajaran Iman Gereja Katolik
      Tradisi dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci. Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan Syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat. Kita akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea (Syahadat Panjang).
Syahadat Para Rasul/Singkat                Syahadat Nicea/Syahadat Panjang
Aku percaya akan Allah,                               Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,                                 Bapa yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi;                             Pencipta langit dan bumi,
dan akan Yesus Kristus,                               dan segala sesuatu yang kelihatan
Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita,                                   dan tidak kelihatan;
yang dikandung dari Roh Kudus,                            dan akan satu Tuhan Yesus Kristus,
dilahirkan oleh Perawan Maria;                              Putra Allah yang tunggal.
yang menderita sengsara                             Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
dalam pemerintahan Ponsius Pilatus                                 Allah dari Allah,
disalibkan, wafat, dan dimakamkan;                                   terang dari terang;
yang turun ke tempat penantian                             Allah benar dari Allah benar.
pada hari ketiga bangkit                               Ia dilahirkan, bukan dijadikan
dari antara orang mati;                                sehakikat dengan Bapa;
yang naik ke surga,                                       segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
duduk di sebelah kanan Allah Bapa            Ia turun dari surga
yang mahakuasa                                           untuk kita manusia
dari situ Ia akan datang                                dan untuk keselamatan kita.
mengadili orang hidup dan mati.                            Dan Ia menjadi daging oleh Roh Kudus
Aku percaya akan Roh Kudus,                     dari Perawan Maria:
Gereja Katolik yang kudus,                          dan menjadi manusia.
persekutuan para kudus,                             Ia pun disalibkan untuk kita.
pengampunan dosa,                                     Waktu Ponsius Pilatus
kebangkitan badan,                                       Ia wafat kesengsaraan dan dimakamkan.
kehidupan kekal.                                           Pada hari ketiga Ia bangkit
Amin.                                                              menurut Kitab Suci.
                                                                        Ia naik ke surga,
                                                                        duduk di sisi Bapa.
                                                                        Ia akan kembali dengan mulia,
                                                                        mengadili orang yang hidup
                                                                        dan yang mati;
                                                                        kerajaan-Nya takkan berakhir.
                                                                        Aku percaya akan Roh Kudus,
                                                                        Ia Tuhan yang menghidupkan;
                                                                        Ia berasal dari Bapa dan Putra;
                                                                        Yang serta Bapa dan Putra,
                                                                        disembah dan dimuliakan;
                                                                        Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
                                                                        Aku percaya akan Gereja
                                                                        yang satu, kudus, katolik, dan apostolik,
                                                                        aku mengakui satu pembaptisan
                                                                        akan penghapusan dosa.
                                                                        Aku menantikan kebangkitan orang mati
                                                                        Dan hidup di akherat.
                                                                        Amin.
Jawablah pertanyaan berikut!
1.   Manakah persamaan dari kedua rumusan Syahadat di atas?
2.   Manakah perbedaan dari kedua rumusan Syahadat di atas?
3.   Mengapa kedua rumusan Syahadat tersebut berbeda?
Dengan membandingkan kedua rumusan Syahadat tersebut di atas, kelihatan bahwa kedua syahadat itu berbeda. Perbedaan tersebut terutama pada rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”. Yang lain juga berbeda rumusannya, tetapi isinya kurang lebih sama.
Rumusan kedua syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat pendek lebih tua daripada Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul, antara lain disebabkan oleh munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang tidak mengakui kemanusiaan Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus. Maka, dirumuskanlah Syahadat secara lebih lengkap. Dalam syahadat panjang itu ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.
3.   Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur Iman Gereja
Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja, baik iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti sikap masing-masing orang (iman subjektif), diukur kebenarannya oleh Kitab Suci bersama Tradisi.
1.   Dari manakah dasar rumusan iman yang terdapat dalam Syahadat?
2.   Dari manakah sumber kepercayaan Gereja Katolik akan satu Allah Tiga Pribadi?
3.   Dari manakah Gereja Katolik melaksanakan Devosi kepada Bunda Maria?
4.  Tradisi-Tradisi Gereja yang Perlu Diperbaharui agar lebih sesuai dengan Zaman dan Budaya Setempat

SOAL LATIHAN

1.   Apa arti tradisi dalam Gereja Katolik?
2.   Sebutkan macam-macam tradisi dalam Gereja Katolik dan berilah contohnya!
3.         Apa artinya ungkapan Kitab Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIRIK LAGU MANGGARAI